jump to navigation

Apa itu NLP Juni 18, 2008

Posted by Sonny Gunawan in NLP.
add a comment

Seorang klien datang kepada saya untuk dibantu ‘melupakan si ‘dia”. Katanya sudah lebih dari 6 bulan sejak dia dan pasangannya putus.  Dia ingin secepat mungkin bisa melupakan mantan pacarnya tersebut, tapi setelah 6 bulan berlalu dia masih saja tidak bisa melupakannya.

 

Pada sesi pertama saya mengenalkan kepadanya konsep NLP dan Hypnotherapy.  Setelah menggunakan teknik Parts Integration untuk menggali bagian bawah sadarnya yang mempertahankan image mantannya, saya pun menawarkan sebuah teknik sederhana kepadanya, dengan penggantian ‘bahasa’ yang dipakainya.  Karena saya bisa saja tergoda untuk mencari jalan lebih cepat dengan Time Line atau teknik Phobia Cure untuk menghapus beberapa bagian memorynya. 

 

Saya minta dia untuk ‘menerima’ keberadaan mantannya tersebut di pikirannya dan mengakui bahwa sekarang ini dia hanyalah teman seperti temannya yang lain.  Jadi kalau selama ini kata-kata dalam pikirannya adalah ‘melupakan dia’, sekarang diganti ‘dia hanyalah teman biasa’.  Pada reaksi pertama dia merasa bahwa itu sebuah solusi yang tidak akan membantunya.   Setelah saya yakinkan dengan beberapa ‘success story’, dia pun mau melakukannya. 

 

Seminggu kemudian, dia menelepon saya untuk mengatakan bahwa dia ‘sudah menerima’ keadaannya dan image mantannya sudah tidak menjadi momok bagi dia lagi, dan saat dia bertanya apakah dia perlu sesi kedua, saya hanya berkata bahwa saat dia sudah bisa menerima bentuk hubungan baru dengan mantannya, niat awalnya yang saya gali dari proses hypnosis, yakni untuk meneruskan hidupnya setelah hubungannya terputus, sudah tercapai.  Jadi sesi kedua tidak perlu.  Dia sudah berhasil.

 

NLP, yang diinisiasikan oleh Richard Bandler dan John Grinder di pertengahan dekade 1970-an di Amerika, dan dikembangkan lebih lanjut oleh figur seperti Robert Dilts, Steve Andreas, Joseph O Connor, dan lain-lain, saat ini mulai mendapat perhatian di negeri tercinta kita ini.  Dibawa awalnya oleh figur seperti Wiwoho atau Agus Sunaryo, dan praktisi lainnya, NLP sekarang menjadi salah satu tools yang sering dipergunakan dalam hubungan dengan pengembangan SDM dan pribadi.

 

Kendati sudah banyak orang coba untuk memahami NLP dengan mengikuti berbagai program NLP yang ada, tidak sedikit yang malah kebingungan. Hal ini disebabkan karena yang dipelajari adalah beberapa aplikasi NLP yang tidak mengenalkan mereka pada dasar-dasar konsep NLP, yang membangun aplikasi tersebut.  Tidak sedikit yang berpikir NLP itu hanyalah sebuah tools terapi.  Atau ada juga yang berpikir NLP sebuah tools training.

 

Cerita Sederhana Mengenai Pengertian NLP

 

Dalam buku ‘NLP Workbook‘, Joseph O Connor menggambarkan pemahaman NLP paling sederhana dengan sebuah cerita mengenai seorang anak yang bertanya kepada ibunya mengenai NLP.  Cerita ini saya ‘modifikasi’ dengan versi Indonesia agar Anda lebih mudah memahaminya. Anak ini bertanya kepada Ibunya “Mama, NLP itu apa sih?” Mamanya berpikir sejenak lalu berkata, “Kamu lihat kakek kamu lagi duduk di kursi goyangnya? Dia lagi sakit sekujur tubuhnya. Coba tanyakan bagaimana sakitnya” Anak ini pun segera berlari ke kakek dan menanyakan yang seperti yang diarahkan ibunya.  Dengan wajah penuh kesakitan, kakeknya menjelaskan, “Waduh, semua otot kakek sakit. Dari kaki sampai atas.  Semuanya sakit!” Anak ini segera berlari kembali ke mamanya dan melaporkan kondisi menyedihkan kakeknya, lalu menagih janji penjelasan mengenai NLP.  Mamanya tersenyum kemudian berkata, “Kakek kamu itu seorang pejuang perang yang tangguh. Pasukannya dulu pernah mengalahkan sebuah pasukan Belanda dalam sebuah pertempuran. Sekarang, coba kamu ke sana dan tanyakan ceritanya!”  Anak itu berlari ke kakeknya dan menanyakan mengenai pengalaman kakeknya tersebut. Sekonyong-konyong air muka kakeknya berubah, dan dengan bersemangat dia menjelaskan “Oh, itu luar biasa, cucuku. Mari kakek ceritakan, waktu itu …….dst…” Kakeknya menceritakan dengan sangat antusias. Anak ini kembali ke mamanya untuk menceritakan kondisi fisiologi kakeknya yang berubah total!  Mamanya lalu berkata, “Nah, anakku, itulah NLP.  Dengan kata-kata atau pertanyaan yang tepat, kamu telah menolong kakek kamu melihat dan merasa lebih baik”

 

Itu sebuah penuturan dan gambaran NLP yang paling sederhana, tapi juga sangat efektif. Faktor ‘Linguistic’ dalam NLP memainkan peranan yang luar biasa penting. Dengan pikiran kita dipenuhi kata-kata dan gambar, yang kita serap, olah, lalu lepaskan, NLP menawarkan berbagai aplikasi untuk membantu efektifitas dari setiap proses tersebut.  Kita lebih efektif dalam menerima input dari luar, lebih luas dalam mengartikannya, lalu lebih efektif dalam menterjemahkannya ke dalam komunikasi dan interaksi dengan diri sendiri dan orang lain. Jadi bisa dipakai dalam berbagai konteks, entah komunikasi sehari-hari, training, terapi, kepercayaan diri, dan lain-lain. Meletakkannya dalam perspektif lain, kita bisa lebih efektif dengan berpikiran lebih luas, memilih kata-kata dan gambar-gambar di pikiran kita yang lebih membantu kita untuk mencapai tujuan. 

 

Bukan Benar atau Salah, Tapi yang Berguna

 

Salah satu hal yang membuat saya melepaskan berbagai tools lain dan lebih memilih NLP adalah bahwa di NLP tidak dipertetangkan mengenai kebenaran dan kesalahan.  NLP tidak fokus pada bingkai masalah, tapi pada bingkai solusi.  NLP fokus bukan pada kebenaran sebuah konsep, teori, atau belief, tapi pada kegunaannya. Hanya dengan prinsip sederhana ini, hidup saya jauh lebih efektif. Saya lebih memikirkan bagaimana sesuatu itu berguna untuk membantu saya mencapai tujuan hidup saya, bukan menghabiskan waktu mempertanyakan kebenarannya.  Saya tidak lagi menghabiskan waktu banyak untuk meributkan hal-hal dengan orang lain, dan fokus pada solusi setiap masalah, yangmana fokus pada kegunaan dari berbagai hal yang muncul dalam komunikasi. 

 

Ada yang pernah bertanya kepada saya, bahwa kalau kita hanya fokus pada kegunaan, kita akan takabur karena dalam mencapai tujuan kita tidak lagi peduli pada kebenaran? Waktu itu saya menjawabnya juga dengan sederhana, bahwa apabila kita ingin mencapai sebuah tujuan, di NLP dikenal juga unsur ekologi. Guru saya, Steve Boyley dari Kanada, menggambarkan ini dengan sebuah konsep yang saya sukai, yakni WIN, WIN, WIN.  Yakni dalam pencapaian tujuan, fokuskan tidak hanya kemenangan kita dan kemenangan orang yang terpengaruh secara langsung, tapi juga kemenangan banyak orang lain yang tidak terlibat langsung.

 

Outcome, Bukan Masalah

 

NLP sangat menekankan pada outcome atau hasil yang ingin dicapai.  Ini yang menurut Bandler membedakan NLP dengan psikologi terapan konvensional. NLP tidak menghabiskan waktu untuk menggali masalah, latar belakang, penyebab, kenapa, dan lain-lain.  Kalau harus melihat ke belakang untuk menyelesaikan masalah, NLP hanya tertarik melihat ‘bagaimana’ masalah ini terjadi, yangmana fokus pada struktur masalahnya untuk bisa diintervensi.

 

Pada saat kita ingin fokus pada outcome, kita fokus pada semua sumber daya yang mungkin untuk membantu kita untuk menuju outcome.  Dan pada akhirnya, dalam menuju outcome, NLP juga menganjurkan tingginya fleksibilitas kita, dan memperluas pilihan-pilihan kita.

 

Peta Perilaku

 

NLP percaya bahwa kita semua mempunyai PETA atau MODEL DUNIA yang berbeda.  Tidak ada yang sama persis.  Peta Pikiran atau Model Dunia ini tidak sama dengan REALITA.  Karena itu di NLP dipercayai bahwa kita tidak bertindak dan berpikir berdasarkan realita, tetapi hanya berdasarkan pada persepsi kita pada realita.

 

Peta atau Model Dunia kita tergantung dari berbagai hal seperti proses filter di pikiran kita. Dimulai dari deletion, distortion, dan generalization, dimana informasi diseleksi sesuai fokus kita, diartikan, dan digeneralisasi. Setelah itu di-filter lagi berdasarkan values kita, beliefs kita, memori kita, strategi kita, dan Meta Program (preferensi perilaku kita – yang oleh banyak orang dipersepsikan sebagai konsep kepribadian).  Proses ini yang kemudian menghasilkan Peta Pikiran atau Model Dunia kita secara unik.

 

Dari proses di atas, semua orang berhak merasa dirinya benar menurut Peta Pikirannya. Hal ini dimungkinkan karena semua orang hidup dalam Model Dunia masing-masing.

 

Presuposisi

 

Di NLP dikenal apa yang disebut sebagai Presupposition.  Pengertian sederhana mengenai ini adalah prinsip atau belief.  Ini menyangkut kerangka berpikir dan berperilaku.  Sesuatu yang kita pergunakan sebagai dasar dari pikiran dan tindakan.

 

Dari tahun ke tahun, banyak presuposisi yang dikembangkan. Yang paling terkenal di NLP misalnya, ‘The Map is not the territory’ yang berarti bahwa yang kita lihat, dengar, dan rasakan, tidak mewakili keadaan atau realita.  ‘There is no failure, only feedback’ misalnya, menekankan pada fleksibilitas sikap untuk menerima apa yang biasanya dianggap sebagai kegagalan, hanya sebagai masukan agar kita mengganti pendekatan kita di kemudian hari.

 

Tools NLP

 

NLP mempunyai berbagai tools yang berguna. Semuanya bertujuan untuk membantu efektifitas kita. Eye accessing cue, misalnya adalah tool untuk membantu kita mengakses informasi di pikiran secara lebih cepat, dan juga alat bantu mengenali pola pikir partner bicara.

 

Selama bertahun-tahun, berbagai tools NLP telah dikembangkan. Ada ‘Parts Integration’, ‘Fast Phobia Cure’, ‘Anchor’, ‘Perceptual Position’, dan lain-lain.  Semuanya bertujuan membantu efektifitas pikiran dan perilaku kita.

 

NLP dan Hypnotherapy

 

Pada saat NLP diciptakan, Bandler dan Grinder banyak memodel tiga orang tokoh di bidang ‘perubahan pikiran’ melalui hypnosis, yakni Milton Erickson, Virginia Satir dan Fritz Perls.  Warna linguistik hypnosis dalam NLP memang kental di beberapa tools NLP, karena pengaruh ini.  Milton Model, misalnya, yang menyediakan pilihan penggunaan pola linguistik yang dipakai oleh Erickson.

 

Walau awalnya diciptakan dengan memodel hypnosis, kini hypnosis justru jauh lebih efektif apabila dilengkapi dengan tools NLP.  Keduanya sekarang menjadi kesatuan yang harmonis.

 

NLP dan Berbagai Perkembangan NLP

 

Setelah ‘bercerai’ dari kemitraan, Bandler dan Grinder mengembangkan NLP dengan peta masing-masing. Berbagai pakar NLP juga kemudian mengembangkan NLP dan menyediakan pilihan-pilihan lebih luas.

 

Bandler, misalnya, muncul dengan Design Human Engineer (DHE), Grinder dengan New Code, Michael Hall dengan Neuro-Semantics, lalu ada juga yang mengembangkan lebih jauh sampai mengkombinasikannya dengan Time Line Therapy (Tad James), dan lain-lain. Pada saat ditanya mengenai perbedaan yang signifikan antara semuanya, saya mengaku tidak bisa menjawab dengan sempurna, karena peta saya fokus pada NLP Classic yang saya dalami.  Dan saya juga mengatakan bahwa bagi saya tidak penting untuk melihat yang mana yang paling benar, tapi yang mana yang saya anggap berguna untuk saya untuk mencapai tujuan saya.

 

Sumber: Higdranata Nikolay

Menolong Anak Membangun Integritas Juni 17, 2008

Posted by Sonny Gunawan in Pendidikan.
add a comment

ChildSelama bertahun-tahun orang tua saya telah berusaha mengajarkan saya bagaimana menjadi seorang yang berintegritas. Integritas, bagaimanapun, bukanlah suatu nilai yang mudah untuk dilewatkan begitu saja. Itu sesuatu yang harus tumbuh dalam diri kita. Kala saya seorang remaja, saya hanya menganggap bahwa satu hari saya bangun dan mendadak saya menjadi seorang yang memiliki integritas. Hal itu seperti memutuskan untuk mengikuti lomba lari marathon. Meski dengan hasrat dan sikap mental yang benar, namun tanpa melalui latihan harian, saya akan tumbang dalam beberapa mil. Seperti itulah, integritas tidak dibangun semata-mata dari sekedar hasrat. Integritas terbangun dari latihan harian dengan melakukan hal-hal secara benar.
 
Sebagai orang tua anak yangmasih remaja, tolonglah mereka memahami bahwa integritas adalah suatu proses dan bukan memperbaiki sesuatu dengan cepat. Proses pembangunan integritas dimulai dengan menolong remaja memahami tiga langkah penting.
 
Langkah Pertama : Menggambarkan Garis Batas
 
Selama permainan sepak bola, pernahkah anda memperhatikan bagian lapangan mana yang paling mengalami kerusakan? Itu biasanya di bagian tengah karena semakin dekat pemain ke bagian pinggiran, semakin sering dia berlari keluar dari batas lapangan. Seperti team lawan dalam permainan sepakbola, setan mencoba membuat kita keluar dari jalur yang benar. Semakin dekat kita ke garis batas di tepi lapangan, semakin dekat dia untuk mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai orang tua, kita perlu mengajarkan anak remaja bagaimana menjaga langkah agar tidak keluar garis batas. Kuncinya ialah mengajarkan mereka untuk menciptakan satu garis baru, misalnya : sepuluh meter jauhnya dari garis asli. Dengan kata lain : mereka perlu meninggalkan ruang terciptanya kesalahan. Kala setiap orang membuat kesalahan, memiliki ruang sebelum anda melangkah keluar jalur dapat menjadi satu perbedaan antara kehilangan hanya beberapa meter dan kekalahan total dalam permainan.
 
Langkah Kedua : Menjadi Waspada Dengan Pilihan Kita
 
Sebagai tambahan dari adanya pengaruh setan, kekuatan lain yang merusak integritas adalah apa yang disebut rasionalisasi. Sekarang ini test kejujuran kelihatan seperti kalimat : ”Semua perbuatan bisa diterima selama kamu tidak tertangkap basah” atau ”Hal itu tidak terlalu buruk, semua orang melakukannya kok”. Sebagai orang tua, kita perlu mengajarkan anak-anak kita untuk menghentikan bertanya tentang apa yang salah dengan suatu pilihan. Malahan, kita perlu mengajarkan mereka untuk bertanya tentang apa yang benar dengan pilihan mereka. Jika kita dapat menolong para remaja untuk mempertimbangkan apakah tindakan mereka membuat mereka lebih dekat atau lebih jauh dari integritas, maka pertempuran yang sesungguhnya akan dimenangkan.
 
Sekitar enam bulan yang lalu, setiap hari saya membaca sebuah sajak kecil diatas komputer saya. Sajak ini menjadi kunci membangun integritas dalam kehidupan saya. Bunyinya :
 
Pilihan kita buat setiap hari
Mendiktekan kehidupan yang kita jalani
Untuk memiliki diri yang benar
 
Secara mendasar, ini adalah pesan yang sama yang Lukas katakan dalam kitab suci : “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. (Lukas 16:10a). Kala masih remaja saya tidak mengerti pentingnya ayat ini. Sejak itu, dibutuhkan banyak rasa sakit dan kerendahan hati untuk menyadari bahwa bagaimana kita menangani hal-hal kecil mendiktekan bagaimana saya bereaksi terhadap masalah-masalah yang lebih besar. Kini saya mengerti bahwa semua kebohongan “putih” yang saya katakan, menetapkan bunyi hidup saya. Oleh karena itu, semenjak saya tidak dilindungi oleh kebenaran, saya sesungguhnya sedang menjaga diri dari adanya pertumbuhan integritas. Saya sekarang memulai setiap hari dengan memikirkan pilihan yang saya bisa buat dan bagaimana pilihan itu bisa mendiktekan hidup saya. Bagi saya ”Untuk memiliki diri yang benar” makna sederhananya adalah apa yang Tuhan inginkan bagi hidup saya dan menjadi benar sesuatu kehendakNya
 
Langkah Ketiga : Akuntabilitas
 
Kunci untuk mengelola integritas ialah melalui akuntabilitas. Akuntabilitas secara sederhana dijelaskan sebagai : bertanggung jawab terhadap orang lain untuk komitmen yang telah anda buat. Jika anak remaja anda berhasrat terhadap integritas, doronglah mereka untuk untuk meminta orang yang lebih tua, pelayan remaja, guru atau pelatih mereka memberikan pelajaran akuntabilitas. Kandungan pentingnya ialah memiliki seseorang untuk memberikan pertanyaan sulit. Sebagai contoh : “Apakah kamu kompromikan standar moral pada kencan kamu semalam?”, atau “Pernahkah kamu tidak jujur atau berbohong sepanjang minggu ini?”. Secara ideal, pertanyaan ini mendorong kita untuk secara hati-hati dan penuh doa mempertimbangkan pilihan kita karena kita tahu bahwa seseorang akan mengeceknya dari hidup kita.
 
Sebagai orang tua, mulailah berdoa untuk orang yang tepat yang dapat memberikan akuntabilitas bagi remaja anda. Lebih dari itu, doronglah anak remaja anda untuk menuliskan satu garis batas dan kemudian berdiri sepuluh meter dari garis batas itu. Tolong mereka untuk melihat bagaimana pilihan mereka akan mendiktekan kehidupan yang mereka jalani. Integritas akan terbangun kedalam hati mereka yang mengerti mengapa perlindungan terhadap hal-hal kecil dapat memimpin mereka terhadap apa yang George Washington paling inginkan – karakter dari seorang manusia yang jujur. 
 
Sumber: DR. Gary Smalley – CBN

5 Bola Kehidupan Juni 17, 2008

Posted by Sonny Gunawan in Inspirasi.
add a comment

Live“Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara. Bola-bola tersebut bernama: Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara”.

Kita akan segera megerti bahwa ternyata “Pekerjaan” hanyalah sebuah bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali. Tetapi empat bola lainnya * Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit terbuat dari gelas. Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka,tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping. Dan ingatlah *mereka tidak akan pernah kembali seperti aslinya.

Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya. Bagaimana caranya?

*Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita special.

*Jangan tetapkan tujuan dan sasaran Kita dengan mengaju pada apa yang orang lain anggap itu penting. Hanya Kita yang dapat mengerti dan merasa “apa yang terbaik untuk kita”.

*Jangan mengangap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup mejadi kurang berarti.

*Jangan biarkan hidup kita terpuruk dengan hidup di “masa lampau” atau dalam mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.

*Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan. Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha. Jangan takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain.

*Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.

*Jangan berusaha untuk mengunci Cinta memasuki hidupmu dengan berkata : “tidak mungkin saya temukan”. Cara tercepat mendapatkan cinta adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin, dan cara terbaik untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah dengan memberinya “sayap”.

*Janganlah berlari, meskipun hidup tampak sangat cepat, sehingga kita lupa dari mana kita berasal dan juga lupa sedang menuju kemana kita.

*Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai. Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat Kita bawa kemanapun tanpa membebani.

*Jangan gunakan waktu dan kata-kata dengan sembrono. Karena keduanya tidak akan mungkin kita ulang kembali jika telah lewat.Hidup bukanlah pacuan melainkan suatu perjalanan dimana setiap tahap sepanjang jalannya harus dinikmati.

*Dan akhirnya resapilah :

MASA LALU adalah SEJARAH, MASA DEPAN merupakan Misteri, dan SAAT INI adalah KARUNIA.